Dengarkan nasyid terbaik, shalawat, marawis, lagu religi, musik Islam, dan berita nasyid serta dunia Islam terkini hanya di RadioNasyid.net. Streaming gratis 24/7!
Ribuan warga Jabodetabek memadati Balairung Budi Utomo, Hotel Bumi Wiyata, Depok, pada Sabtu (17/5) dalam konser kemanusiaan bertajuk Sound of Humanity yang mengusung tema Seeking Rahma. Acara ini menjadi panggung seni dan nurani yang menghidupkan solidaritas terhadap Palestina.
Digelar oleh Qupro Indonesia bersama Rahma Worldwide dan didukung oleh Pemkot Depok serta Tubisa Global Wisata, konser ini menyampaikan pesan kuat bahwa krisis kemanusiaan di Palestina adalah tanggung jawab moral bersama.
Sejumlah tokoh hadir dan menyampaikan pesan solidaritas, seperti Ricky Kurniawan (Anggota DPRD Jawa Barat), Syekh Shadi Zaza dan Ahmad Al Halabi dari Rahma Worldwide, KH Amang Syafruddin, serta Zulfahmi dari Tubisa Global.
Penampilan emosional dari musisi internasional Mohammed Tarek, grup nasyid legendaris Izzatul Islam, dan sastrawan Taufiq Ismail memperkuat makna konser. Perpaduan musik, syair, dan spiritualitas menjadi medium untuk menghidupkan kesadaran publik bahwa derita Palestina adalah luka bersama.
Direktur Qupro Indonesia, Ali Amril, menyatakan bahwa konser ini merupakan wujud kolaborasi lintas pihak untuk membangun empati yang berkelanjutan. Ia menegaskan pentingnya pendekatan yang menyentuh akal dan hati dalam membangun gerakan sosial.
“Konsep Edutainment kami—gabungan dari edukasi, donasi, dan hiburan—menjadi cara efektif menghidupkan semangat kemanusiaan melalui momen-momen penuh makna,” ujarnya.
Acara ditutup dengan doa bersama dan penggalangan dana, simbol bahwa harapan akan terus hidup selama keberanian untuk peduli tidak padam.
Iyah May adalah penyanyi sekaligus dokter medis asal Australia yang dikenal berani mengangkat isu-isu sosial dan politik kontroversial melalui lagu-lagunya. Lagu terbarunya, "Karmageddon," menjadi viral dan memicu perbincangan luas karena liriknya yang kritis terhadap berbagai masalah dunia saat ini, seperti pandemi COVID-19, korupsi politik, budaya cancel, hingga konflik Israel-Palestina.
Lagu ini menyinggung berbagai topik sensitif, termasuk konflik Israel-Palestina yang digambarkan sebagai "genosida" dalam liriknya, serta kritik terhadap industri farmasi, misalnya pada baris seperti "Man made virus watch the millions die, Biggest profit of their lives", dan media yang dianggap menyebarkan kebohongan. Keberanian Iyah May menolak mengubah lirik kontroversial ini sampai membuatnya kehilangan kontrak dengan manajernya dan memutuskan untuk merilis lagu secara independen.
Meski begitu, "Karmageddon" mendapat dukungan besar dari pendengar di seluruh dunia. Lagu ini pernah mencapai posisi 44 di UK Singles Sales Chart. Pada Januari 2025, lagu ini sudah didengarkan lebih dari 150.000 kali di Spotify dan berhasil menembus Top 20 di iTunes, menunjukkan resonansi kuat dengan publik yang merasakan kegelisahan atas kondisi dunia saat ini.
Iyah May sendiri mengaku bahwa pengalamannya sebagai dokter yang bekerja di garis depan pandemi COVID-19 sangat memengaruhi isi lagu ini. Ia menggunakan musik sebagai medium untuk menyuarakan kebenaran dan mengajak orang lebih sadar akan realitas sosial-politik yang kompleks dan penuh tantangan.
(maaf ada beberapa scene yang harap diskip)
LYRICS:
I open up my phone on a Monday morning
Staring at my screen
I'm tired and a little lonely
Mr Musk he said some shit the lefts are angry
Twitter wars and Gaza man it's overwhelming
Maybe that's how life becomes when
People less important than a profit line
No one cares about your dreams just pay
Your tax on time
Keep scrolling
Hold me near to you now
Gender, guns, religion and abortion rights
You better pick a tribe and hate the other side
Keep scrolling
But did you see Taylor live?
Man made virus watch the millions die
Biggest profit of their lives
Here's inflation that's your prize
This is Karmageddon
Turn on the news and eat their lies
Kim or Kanye pick a side
Cancel culture what a vibe
This is Karmageddon
Corporations swear they never lie
Politicians bribed for life
More than war it's genocide
This is Karmageddon
Welcome to the chaos of the times
If you go left and I go right
Pray we make it out alive
This is Karmageddon
It's fashion week celebs lose ribs
Balenciaga how's the kids
Just ask Drake he's losing beef
Kendrick killed him in his sleep
Diss tracks about beating up your queen
While women dying doesn't cause a scene
While we're fed all these distractions
Kids are killed from Israel's actions
I'mma speak my mind
Sick to death of all these crazy lies
A circus for humanity's decline
We just want a peaceful life give the people back their rights
Tangerang: Ribuan tamu undangan menyemarakkan Al Malik Fest bertajuk 'Journey of The Heart Faith & Lifestyle Festival' di area Nusantara Hall, ICE BSD, Tangerang pada Sabtu, 12 April 2025, malam hari. Dalam gelaran Akbar Al Malik Fest 2025, acara ini menjadi momentum spiritual dan silaturahmi menjelang musim umrah bersama Al Malik Travel.
Festival ini menghadirkan deretan pembicara ternama seperti Ustaz Subki Al Bughury, Ustaz Najmi Fathoni, dan Ustaz Hilman Fauzi. Mereka menyampaikan kajian dan ceramah inspiratif seputar makna perjalanan spiritual ke Tanah Suci. Dalam sesi tabligh akbar, Ustaz Subki membawakan tema 'Keindahan Islam Melalui Tafakur dan Syukur', mengajak para hadirin untuk memperkuat hubungan dengan Allah melalui refleksi dan rasa syukur.
Tak hanya itu, Al Malik Fest juga dimeriahkan oleh penampilan grup nasyid legendaris seperti Snada, An Nabawi, Papa Boy, Edcoustic yang membawakan lagu-lagu bernuansa Islami dan penuh makna. Sebagai bentuk apresiasi bagi para jemaah, panitia menyediakan berbagai grand prize, di antaranya dua paket umrah dan tiga paket wisata muslim.
"Kami berharap setiap jemaah yang hadir pulang dengan hati yang lebih damai, pikiran yang tercerahkan, dan semangat baru dalam menapaki kehidupan. Bukan hanya untuk dunia, melainkan juga untuk akhirat," ungkap Ketua Pelaksana Al Malik Fest, Rico Pratama Excelindra.
Dalam sesi kajian lainnya, Ustaz Najmi Fathoni membagikan pengalaman spiritualnya selama beribadah di Tanah Suci, sementara Ustadz Hilman Fauzi mengangkat tema 'Letting Go and Finding Peace Through Allah', khusus ditujukan bagi generasi muda.
"Perjalanan umrah atau haji anak muda adalah salah satu jawaban atas keresahan mereka. Ketika hati butuh healing, maka jawaban terbaik adalah kembali kepada Allah melalui ibadah," ujar Ustaz Hilman.
Ustaz Subki turut menekankan pentingnya silaturahmi dan kebersamaan dalam acara seperti ini. "Halal bi halal dan berkumpul bersama dalam niat mulia seperti ini adalah bentuk nyata dari semangat persaudaraan umat. Semoga kita bisa kembali ke Tanah Suci bersama-sama," imbuhnya.
Al Malik Fest menjadi bukti nyata bahwa ibadah dan gaya hidup Islami dapat berjalan berdampingan dalam satu wadah yang menginspirasi dan mempererat ukhuwah. Acara ini sekaligus menjadi ajang refleksi bagi jemaah untuk menyambut perjalanan umrah dengan hati yang lebih siap dan penuh keikhlasan.